DAWN (A Bilingual Poem)

@zaimrofiqi · 2021-02-16 15:03 · Poetic Universe

DAWN

In a village, on the slopes of a mountain he imagined heaven was a dawn which ger closer expelling shadows sow dimly little flare to banana shoots, tea, stretcher, also rocks along the way.

At that time, the arena was deserted because the old play was over and the new story is not fully staged.

At that time, the stage was not noisy only one two people, one two bat, maybe also one two ghosts, walk, float, go home.

At that moment, the expanse was only vague the voices do not cut each other the color of the sky is not blinding and a sharp flare stabbed.

In a village, at the foot of a mountain he felt heaven was a dawn a curtain covering the arena an expanse that is still covered by the screen a stage without a performance lonely, quiet, lonely.

He knew that soon heaven would be dissolved when the screen was removed and the sun crawling enter between the crackle and banana gap and once again, a story was played frenetic arena and back the air is full of words and cursing plague crying, lamenting, and complaining.

He knows that heaven will not last but tomorrow, hopefully it will be repeated again, and again

========

[BAHASA INDONESIA]

FAJAR

Di sebuah kampung, di lereng gunung ia bayangkan sorga adalah sebuah fajar yang bersijingkat mendekat mengusir balam-balam menabur remang sedikit suar
ke pucuk-pucuk pisang, teh, randu, juga batu-batu di sepanjang jalan.

Saat itu, gelanggang lengang sebab lakon lama telah usai digelar dan kisah baru belum sepenuhnya dipentaskan.

Saat itu, panggung tak hingar hanya satu dua orang, satu dua kelelawar, mungkin juga satu dua danyang, berjalan, melayang, pulang.

Saat itu, hamparan hanya samar-samar suara-suara tak saling hunjam warna langit tak membutakan dan suar tak tajam menikam.

Di sebuah kampung, di kaki gunung ia merasa sorga adalah sebuah fajar sebuah tirai yang melindungi gelanggang sebuah hamparan yang masih tertutup layar sebuah panggung tanpa lakon pementasan lengang, lengang, lengang.

Ia tahu, sebentar lagi sorga akan buyar saat layar disibakkan dan samsu merangkak masuk di antara celah randu dan pisang dan sekali lagi, pentas dimainkan gelanggang hingar-bingar dan kembali udara penuh racau dan makian tulah dan seranah tangis, ratap, dan keluhan.

Ia tahu, sorga tak akan kekal tapi esok, semoga saja akan berulang

@ZR-2021

img_0.11573820365669929.jpg

#hive-138388 #poems #ocd #ecency #freewriters #literature
Payout: 0.000 HBD
Votes: 2
More interactions (upvote, reblog, reply) coming soon.